Cara mengajar bagi setiap pengajar atau guru memiliki ciri khas masing-masing, namun kenyataan di lapangan tidak semua pengajar dapat menyampaikan metode mengajarnya dan diterima oleh murid yang diajarkannya. Bukan karena kendala fasilitas yang perlu tersedia, dan tidak perlu juga harus yang berteknologi dalam hal proses mengajar, sementara banyak tugas yang harus dikejar para guru, dan bahkan bisa menjadi beban untuk mengikuti kurikulum yang ditetapkan.
Hikmat Hardono |
Direktur Ekskutif Indonesia Mengajar Hikmat Hardono menceritakan, dari refleksi pengalaman Indonesia Mengajar yang sudah berumur 3 tahun ini, akhirnya dapat menciptakan ide dengan membuat media-media belajar yang kreatif. Hal ini karena di lapangan ditemukan, adanya berbagai peraga yang diterima oleh suatu sekolah, tapi tidak mudah untuk diimplementasikan. Karena lebih mengirimkan apa yang kita pikir mereka butuhkan, bukan apa yang dapat diimplementasikan oleh mereka.
Relawan sedang mengemas Kotak Cakrawala |
Salah satu kota tujuan Kotak Cakrawala |
Bekerja Tidak Sekedar Omongan Belaka
Kotak Cakrawala siap di kirim ke 17 Kabupaten |
Hikmat mencontoh salah satu media belajar bernama Kartupedia, yaitu mencari informasi dalam bentuk kartu, misalkan tema tokoh pahlawan. “Mungkin di daerah yang terkoneksi dengan internet dengan mudah bisa mencari, tetapi hal itu tidak bisa dilakukan bagi daerah-daerah yang tidak terkoneksi internet, artinya perlu cara bagaimana menyampaikan informasi tersebut, dengan media-media lain dan bisa implementasikan secara general dan mudah,” jelasnya.
Relawan sedang membuat KartuPedia |
“Dari pengalaman kami untuk mendapatkan solusi agar dapat menjembatani metode mengajar yang distandarkan Kementerian Pendidikan adalah turun ke lapangan, dan itu tidak hanya sekedar survei, assessment, forum diskusi, tidak bisa seperti itu. Harus tinggal di daerahnya, seperti kata Rendra bahwa kita harus turun ke desa-desa keluar ke jalan-jalan untuk menghayati,” ujar Hikmat
Hikmat mencontohkan, di Halmahera Selatan punya tantangan tersendiri setiap pulau-pulau punya kekurangan masing-masing, akhirnya yang mereka lakukan mengajak guru-guru di pulau tertentu untuk ngajar selama waktu tertentu, yang dinamakan Gerakan Desa Cerdas.
Shally Pristine |
Dengan seperti ini, lanjut Hikmat, kita tidak perlu dibelit-belitkan dengan kontrak kerja sama, karena programnya dengan sendirinya berjalan. “Kami juga punya prinsip dengan teman-teman IM, lebih baik pendekatannya personal dahulu, karena terlalu senang berelasi membangun hubungan ke berbagai lembaga, tapi eksekusinya mana? sedangkan yang kita butuhkan ada pergerakkan yang cepat, tidak perlu terlalu banyak seremonial,” ungkapnya.
Yang Bertanya, Yang Bertanggung Jawab
Relawan membuat Video Profesi |
Shally bahkan mengungkapkan, kenapa akhirnya bisa diadakan di Bali, karena Prof. Dr. Anak Agung Gde Muninjaya, MPH yang merupakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana menanyakan kenapa Kelas Inspirasi di Bali tidak ada? setelah beliau melihat ada artikel mengenai KI di suatu media online. "Kemudian saya jawab, ya sudah Bapak bikin aja, dan beliau bertanya bagaimana caranya. Kemudian kita berikan tutorial, step by step, yang akhirnya pak Munin mengumpulkan beberapa temannya, bahkan sampai melibatkan seorang Bupati sebagai relawan," terangnya. (saat itu, penulis turut ikut dalam Kelas Inspirasi Bali, 11 Juni 2013. Artikel terkait Berbagi Pengetahuan dengan Kesederhanaan)
Relawan mengemas materi Kemas-kemas Sains |
Menurut Hikmat, pendidikan itu strategis, sehingga seringkali kerja bakti yang diharapkan hanya sekedar acara bakti sosial atau terjebak tahap ide saja. Maka, perlu ditetapkan targetnya, siapa saja yang diajak, kemudian diundang untuk bekerja termasuk iurannya. "Semua relawan melakukan iuran, sehingga tidak ada tempat duduk VVIP," jelasnya. Sebab, lanjut dia, kebanyakan orang tidak percaya diri untuk mengajak orang untuk berkorban terlebih dahulu, maka kita mengorbankan lebih dahulu agar yang diajak mau ikut berkorban. "Namun, di sini kita semua berkorban. Kalau yang diajak tidak cocok atau tidak mau, tidak ada masalah mungkin masih bisa berbuat baik di tempat lain. Jadi berkorban ternyata pilihan juga ya, disesuaikan dengan kapasitas masing-masing individu," terangnya.
Posisi Indonesia Mengajar
KepingPedia, Surat Semangat siap dikirim ke 17 kabupaten |
Adapun, persyaratan untuk menjadi Guru Muda IM maksimal umur 25 tahun, dan belum menikah. Setelah lolos dari seleksi, Guru Muda IM punya tugas mengajar diberbagai daerah sesuai dengan penempatan yang ditetapkan selama jangka waktu 5 tahun. "Tapi, setiap tahun pindah daerahnya. Kenapa? biar gacepat galau alias ga bosan," ungkap Hikmat dengan tersenyum.
Dia juga menjelaskan, tentunya ada biaya opersional yang dikeluarkan dan dalam menggalang pendanaan tersebut tentunya membutuhkan prosedur hukum, maka bentuk legalnya yang digunakan, yaitu yayasan. "Sehingga, bentuk sponsor dikumpulkan dan dikelola oleh relawan untuk kebutuhan dari kegiatan, seperti FGIM terkumpul Rp1,5 miliar," terangnya. Terakhir, Hikmat mengatakan, bahwa kalaupun aktivitasnya tidak membutuhkan legal tetap bisa jalan dengan inisiatif sendiri, selama berniat untuk kebaikan.
Berhenti mengeluh tidaklah cukup.
Berkata-kata indah dengan penuh semangat juga tidak akan pernah cukup.
Saatnya beraksi.
Segera berbuat, serentak bergerak.