Tenggelam Lebih Cepat

Sekitar 10 tahun lalu, saya masih belum percaya kalau bumi ini bisa panas hingga melelehkan es yang berada di kutub utara maupun selatan. Meski, saya mengetahui informasi suhu di inti perut bumi sangat tinggi dari pelbagai ilmu yang dipelajari, namun inti perut bumi itu sangat jauh, mungkin ribuan kilometer (km) dari daratan di mana kita berpijak. Sepertinya, mustahil es sebagai penyeimbang antara lautan dan daratan dapat meleleh seluruhnya.

Memang, pada abad-abad yang lalu para ilmuwan belum tahu, bahwa bumi kita sebenarnya memiliki inti. Sampai muncul pemikiran untuk masuk dan melihat langsung ke dalam perut bumi kita. Secara teori, melakukan perjalanan kedalam inti bumi adalah suatu hal yang mustahil untuk dilaksanakan, karena besarnya tekanan dan suhu di dalam perut bumi kita. Bahkan dengan melakukan pengeboran, mungkin hanya bisa menembus sampai di kedalaman 12 km. Namun, berkat kemajuan teknologi instrumen pengukuran dan pengamatan saat ini, telah membuka cara baru untuk memetakan apa saja yang ada di perut planet ini.

Tetapi, bumi keseluruhan bukan hanya inti. Terdapat atmosfer, lapisan gas yang melindungi permukaan planet dari benda-benda asing di luar angkasa, termasuk letupan lidah matahari. Di bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut.

Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan peralatan yang sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang atmosfer berikut fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya.

Atmosfer bumi terdiri atas nitrogen (78.17 persen) dan oksigen (20.97 persen), dengan sedikit argon (0.9 persen), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar 0.0357 persen), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75 persen dari atmosfer ada dalam 11 km dari permukaan planet.

Karena sifatnya berbentuk gas, maka dengan mudah suhu di atmosfer berubah-ubah tergantung dari tebal tipis masing-masing lapisannya. Penjelasan Nasir, dalam Handoko (1995) mengemukakan perubahan suhu udara di atmosfer secara vertikal (menurut ketinggian) berbeda-beda dapat dikelompokkan menjadi 3 hal,
  1. dT/dz > 0, suhu naik, dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini disebut inversi suhu
  2. dT/dz = 0, suhu tetap walaupun ketinggian berubah. Hal ini disebut isotermal
  3. dT/dz < 0, suhu udara turun dengan bertambahnya ketinggian disebut lapse rate

Ada beberapa peran penting atmosfer, pertama melindungi bumi dari pancaran radiasi matahari yang bersuhu 6000 derajat Kelvin. Kedua, dalam siklus hidrologi pada proses penampungan air dari permukaan bumi (daratan dan lautan). Ketiga, mengandung oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup untuk bernapas. Keempat, merupakan medium tempat bercampurnya beraneka unsur kimia yang berdampak pada kualitas udara.

Suhu tinggi di inti bumi mungkin terlalu jauh untuk melelehkan es, namun perubahan struktur gas di atmosfer, sangat memungkinkan dapat mencairkan es di kedua kutub. Hingga ada pemikiran, bila es tersebut lenyap, maka bumi akan tenggelam karena luapan air dari lelehan es yang begitu banyak, akibatnya membanjiri daratan-daratan, yang mungkin sebelumnya, belum pernah mengalami banjir.

Efek Rumah Kaca

Adalah gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai.

Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak kedua. Timbul dari berbagai proses alami seperti letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida), dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan). Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.

Sehingga, ada beberapa pengelompokan gas yang menyebabkan perubahan suhu di atmosfer

            A.    Uap Air

Merupakan gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air, kecuali pada skala lokal.
Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di lapisan atmosfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca, mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer.
Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO­2. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

            B.     Karbondioksida

Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.

Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen).

Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.

            C.     Metana

Merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.

            D.    Nitrogen Oksida

Merupakan gas insulator panas yang sangat kuat, yang dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.

            E.     Gas lainnya

Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer.

Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Mulai 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer, tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.

Bukti Mulai Nyata

Belum lama ini, penelitian Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) memperlihatkan bahwa lapisan es di Kutub Utara tampak mulai menyusut. Telah mengungkapkan bahwa es di wilayah laut Arktik yang tertua dan tertebal itu mulai menghilang dengan kecepatan yang sangat cepat. Bahwa ukuran es menyusut drastis selama 30 tahun terakhir, memberikan bukti pada teori bumi memasuki periode pemanasan global. Cepatnya lelehan es tertua yang ada membuat laut Arktik makin rentan pada peningkatan suhu lebih lanjut di musim panas.

Meski terdapat teori siklus 9 tahun, dimana es laut akan tumbuh selama beberapa tahun, yang berarti ada pemulihan pada es laut dalam 3 tahun, namun hasil studi juga menunjukkan bahwa lelehan es berada di tingkat 15,1 persen per dekade. Hal itu tentu saja membuat suhu di bumi terus meningkat. Rekor baru lelehan es tersebut menunjukkan 74.030 km persegi es meleleh setiap harinya.

Studi ini menyimpulkan, kenaikan tingkat permukaan laut di masa depan akan jauh lebih cepat dibandingkan prediksi para ilmuwan. Terjadi sama di kutub selatan Antartika kemungkinan telah memicu pergeseran gletser yang tidak stabil meluncur ke bawah, dan akhirnya ke laut. Jumlah lapisan es di Antartika terus menyusut. Diketahui dari studi, bahwa tak hanya mencair karena cuaca panas, es di kutub selatan itu juga meleleh di bagian bawahnya karena tergerus arus air hangat yang mengalir di sana.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature, bongkahan es di kawasan barat Antartika kehilangan ketebalan hingga tujuh meter lapisan es yang mengapung, setiap tahunnya. Sebelum ini, peneliti berasumsi bahwa penurunan ketebalan lapisan es itu secara umum diakibatkan oleh udara yang menghangat. Dua puluh bongkahan es yang dipantau menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka meleleh akibat air hangat yang mengalir di bawahnya. Adapun perubahan arah angin mendorong air yang lebih hangat ini lebih dekat dan berada di bawah bongkahan es yang mengambang.

Jika seluruh lapisan es Antartika Barat meleleh, yang kemungkinan akan terjadi dalam beberapa dekade, ilmuwan memperkirakan bahwa permukaan air laut yang dalam akan naik hingga 3 meter.

Dampak Terlihat di Sekitar Kita

Tidak perlu jauh-jauh harus melihat kondisi tersebut hingga pergi ke kedua kutub bumi. Lihatlah pantai terdekat kita, saya baru saja diperlihatkan secara nyata oleh seorang teman bernama Ivan, memperlihatkan kebutaan manusia seakan-akan peristiwa pemanasan global hanya omongan belaka. Seluruh gambar diambil pada tanggal 9 Agustus 2013.

Pantai Mutiara. Menunjukkan ada batasan peningkatan air laut meski baru sedikit, tapi ketika air laut pasang terlebih lagi saat bulan purnama, maka luapan air laut membanjiri perumahan di sekitarnya.
Tak puas memperlihatkan bukti nyata, Ivan mengajak ke dermaga yang ada di sekitar Pantai Mutiara, Jakarta Utara. Pertama kali melihat, saya mengira material yang berada di bawah permukaan air adalah sebagai penopang atau pondasi untuk membuat dermaga. Namun, Ivan mengatakan, “Itu posisi dermaga kurang lebih 3-5 tahun yang lalu, karena naiknya permukaan air laut mau tidak mau harus meninggikan dermaga,”. Diperlihatkan juga, dermaga yang sudah tenggelam, “Dan itu, yang kamu lihat kayu-kayu berdiri berjejeran adalah dermaga, kini sudah tenggelam,” terangnya. Bisa dibayangkan dalam 5 tahun permukaan air laut sudah naik sekitar 60 cm mungkin mencapai 1 meter.




Lagi, Ivan memperlihatkan areal yang dulunya merupakan jogging track, tapi sudah tidak dapat dipergunakan karena dapat membahayakan bagi pengguna jalur tersebut.


“Batu-batuan ini yang sudah sengaja ditaruh untuk menahan luapan air laut, tapi sudah tak mampu. Hingga dibuat lagi dinding penahan, dan saat bulan purnama dinding itupun juga tak sanggup menahan meluapnya air laut, akibatnya membanjiri perumahan sekitar. Sampah inipun juga bukan dari warga sekitar, tapi yang terbawa oleh arus laut,” jelas Ivan.

Tanpa penjelasan Ivan, saya akan mengira bahwa infrastruktur yang dibuat hanya untuk membatasi air laut dengan daratan. Ternyata, beton-beton itu dibuat untuk menahan luapan air laut yang bisa datang kapan saja. Terlintas pertanyaan, apa yang seharusnya dilakukan, setidaknya datangnya air bagaikan air bah bisa tertahan lebih lama?

Ivan mengajak saya memperlihatkan kondisi hutan mangrove saat ini, yang sebenarnya hutan itulah mampu menjawab pertanyaan tadi. Namun, hutan mangrove Muara Angke yang dikatakan sebagai tempat wisata, sepertinya gambaran mangrove yang hijau dengan fasilitas dan kenyamanan yang memadai sudah tidak terlihat. Padahal, ini bagian yang dilindungi dan menjadi proyek Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan.

Proyek Pengembangan Pusat Pendidikan Lahan Basah Suaka Margasatwa, Muara Angke - Jakarta Utara Tahun Anggaran 2007
“Dulu masih bagus dan hijau, bahkan kamu bisa lihat kera disekitar sini. Tapi, tidak ada yang merawat maupun mengelola. Lihat kondisi jembatannya, lapuk, rapuh, membahayakan pengunjung, apakah pantas jadi tempat wisata? 3-5 tahun lalu, saya masih merasakan kokohnya jembatan ini, sekarang? Rusakpun tidak ada yang peduli,” ujar Ivan sambil menatap mirisnya pengelolaan hutan mangrove.


Hingga terlintas pertanyaan berikutnya, kenapa lebih mementingkan pembangunan hutan beton yang jelas tidak dapat menahan atau menyerap air supaya tidak selalu mendatangkan banjir tiba-tiba? sementara ada alam yang mampu, dan lebih aman menjaga kelestarian lingkungan, bahkan berpotensi sebagai sumber pemasukan daerah, bila itu yang dicari para birokrat. Bagaimana nasib generasi berikutnya, bila tidak dimulai dari sekarang. Kita mungkin masih bisa tertawa menikmati kondisi dengan menyelamatkan diri sendiri saat ini, tapi lupa yang akan menanggung kelalaian kita dalam menjaga keasrian alam adalah anak cucu kita. 

Pada saatnya nanti. Tak bisa bersembunyi. Kitapun menyesali, kita merugi -Efek Rumah Kaca / Pandai Besi-



Jujur dan Prestasi Pendidikan Kabupaten Bangli

Mendengar nama Bangli mungkin masih terasa asing bagi masyarakat Indonesia, apalagi bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar. Padahal, Bangli sudah masuk dalam kabupaten andalan provinsi Bali, terutama tempat wisatanya yang dikenal Kintamani. Terkadang, kita sebagai pengunjung pulau Dewata memang hanya terfokus dengan tujuan tempat wisata, tapi pernahkah terpikir bagaimana perkembangan masyarakat di sekitarnya? Tentu untuk mengelola suatu tempat wisata memerlukan tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM), lalu siapa lagi yang mengawasi selain putra daerahnya sendiri?

Sehingga diperlukan yang namanya benih-benih generasi penerus, agar masyarakat kabupaten Bangli tidak hanya dikenal sebagai tempat wisatanya, namun karya putra daerahnya bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitarnya maupun pendatang. Saya sempat terenyuh dengan apa yang diungkapkan Bupati Bangli I Made Gianyar, sewaktu beliau memberikan gambaran kondisi pendidikan di daerah yang sedang dipimpinnya.

Bupati Bangli I Made Gianyar
“Kita terapkan pendidikan di Bangli jujur dan berprestasi, dua hal itu yang paling penting. Di 2012, Bangli memang belum mendapatkan nilai yang bagus di bidang pendidikan, karena kami meminta para pejabat dan guru, murid jangan dikasihkan hanya soal-soal, tapi tekankan proses mengajarnya. Sehingga, untuk apa mendapatkan nilai bagus misalkan 9 atau 10, tapi didapatkan dengan cara mencontek atau curang, itukan tidak jujur. Lebih baik, mendapatkan nilai hanya 6 atau 7, tapi dari hasil kerja keras. Karena dengan menerapkan kejujuran terlebih dahulu, prestasi pasti akan mengikutinya, memang tidak dapat diraih secara bersamaan, hal ini perlu kerja keras bersama-sama mulai dari para guru dan orangtua murid, serta saya sebagai kepala daerah yang harus ikut memperhatikan masa depan anak murid di daerah yang saya pimpin. Sering sekali terjadi, orangtua murid turut campur karena anaknya tidak naik kelas, kemudian yang disalahkan, diintimidasi atau yang dicari adalah gurunya. Hingga saya katakan, kalau ada murid yang tidak lulus atau naik kelas, jangan cari gurunya, adukan ke saya (bupati). Karena saya ingin dalam dunia pendidikan tidak hanya sekedar naik kelas atau lulus, tapi anak murid bisa mempersiapkan bekal ilmu untuk dirinya. Sebab, tidak guna juga pintar tapi tidak mau kerja keras, oleh karena itu bagi anak murid telah membuktikan prestasinya kita apresiasikan melalui dukungan beasiswa, agar terus giat belajar” -I Made Gianyar-

Hal tersebut diungkapkan pada pertemuan saya pertama kali dengan beliau di acara briefing Kelas Inspirasi Bali, 1 Juni 2013, dan itupun telah mengetuk hati kecil saya. Mengingat, apabila membandingkan kondisi cara mengajar di kota-kota besar dengan kota-kota kecil, seperti Bangli ini, bahkan bisa dikatakan masih bersuasana pedesaan, tentunya tidak bisa disamakan. Apalagi, bila dibandingkan dengan sekolah yang berada di ibukota DKI Jakarta, sangat jauh perkembangannya. Tidak hanya dari masalah lambannya perkembangan teknologi, sehingga untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan lebih memerlukan waktu yang lebih lama.

Budaya yang Beda

Namun, anak murid setingkat SD di Bangli hampir mayoritas belum pernah keluar dari daerahnya, bahkan ke kota Denpasar yang masih dalam satu provinsi belum mereka jelajahi. Apabila dibandingkan dengan anak murid SD di kota-kota besar lainnya, mungkin mereka sudah merasakan bepergian ke luar kota lainnya, bahkan ada yang ke luar negeri. Memang, ada beberapa budaya yang tidak bisa disamakan, tetapi dengan mengetahui hal yang tidak formal saja dapat dibayangkan betapa jauhnya kesenjangan yang terjadi di negeri ini.

Saya mengetahui hal itu, ketika saya mendapatkan tugas mengajar di SDN 1 Pengotan, meski hanya sehari menjadi seorang guru, tapi dari sinilah saya mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tambahan. Padahal, saya juga bukan seorang guru, saya diberi kesempatan dalam satu hari itu melalui program Kelas Inpirasi bersama Indonesia Mengajar menjadi relawan. Hati kecil saya mengatakan agar mengikuti program tersebut, karena ingin melihat perkembangan pendidikan yang lebih nyata di lapangan.

Total murid SDN 1 Pengotan dari kelas 1 hingga kelas 6 berjumlah 144 murid. Melihat dari jumlah murid, tentunya fasilitas yang tersedia tidak dapat disamakan dengan sekolah-sekolah yang berlomba-lomba menjadi unggulan, dan terkadang mencoba mencari simpati masyarakat agar sekolah dapat dikembangkan, bahkan kadang menuntut perbaikan kualitas. Saya banyak belajar dari Kepala Sekolah SDN 1 Pengotan I. A. Astiti, biasa dipanggil Dayu, karena kerja kerasnya dalam mengajar murid-muridnya, yang beliau terapkan hanya satu, mengajak atau membangkitkan kemauan anak muridnya untuk belajar.

Sebab, hanya dengan kemauan yang mampu meraih cita-cita sesuai dengan harapan. Bahkan dalam mengajar, beliau hampir jarang mau menggunakan peralatan elektronik. Dayu lebih senang mengajar anak muridnya keluar kelas kemudian melakukan metode yang sangat konvensional, yaitu belajar menulis dan membaca menggunakan lidi atau sebatang kayu kecil, kemudian diguratnya ke tanah membentuk huruf-huruf menjadi sebuah kata. Hal itu, beliau lakukan pada anak kelas 1 dan 2, karena anak murid di tingkatan tersebut masih ingin bermain-main. Apalagi, mayoritas mereka tidak merasakan masa-masa TK.

Harus dengan Kemauan

Namun, terkadang kemauan sang anak sering sekali bertolak belakang dengan orangtuanya. Dayu menceritakan, ada orangtua murid yang datang ke beliau agar anaknya tidak perlu melanjutkan sekolah. Mendengar permintaan orangtua murid itu, Dayu tidak mau tinggal diam, dan berkata “Ibu/Bapak, anak yang pintar saja masih mau sekolah, kenapa harus berhenti sekolah kalau anaknya berkeinginan bersekolah?”. Terkadang masalah biaya sering jadi alasan, tapi Dayu mengatakan, hal itu bisa diatasi dengan melakukan komunikasi atau pembicaraan. Beliau tetap menekankan untuk urusan sekolah atau mendapatkan ilmu harus dari kemauan.

Bukan hanya kemauan dari anak murid, tapi harus juga datang dari kemauan para guru yang akan mengajar. Dayu mengatakan, setiap guru juga harus membekali dirinya cara mengajar, tidak hanya sekedar gelar atau profesi sebagai guru, tetapi cara penyampaian guru tersebut kepada anak murid agar terjadi transfer ilmu pengetahuan. Dayu juga mengakui, masih banyak guru-guru yang jauh dari kompetensinya untuk mengajar. Namun, menurut dia, hal ini terjadi karena sering adanya perubahan-perubahan kurikulum yang terlalu cepat, padahal sampai ke lapangan belum tentu bisa diterapkan.

“Saya saja, masih belum punya bayangan kurikulum yang baru nanti seperti apa. Saya heran kenapa yang di pusat sana dengan mudahnya mengubah kurikulum, tapi apakah mereka pernah melihat kenyataan ke bawah-bawahnya sini seperti apa? Kenapa kurikulum harus diubah secara total, kenapa tidak perbaiki saja yang tidak bagus. Inikan memakan waktu, dan kasihan para guru yang dituntut harus mengikuti cara yang sama, belum lagi murid yang ketumpuan bebannya,” ujar Dayu.

Memang dilematis, di satu sisi sebagai orangtua menginginkan pendidikan terbaik untuk anak tercintanya, tapi apakah kemampuan guru bisa mengimbangi keinginan dari orangtua? Apakah dengan menyerahkan anak ke sekolah menjadi tanggung jawab keseluruhan para guru? Sampai manakah peran guru dan orangtua murid? Yang jelas, meski saya bukan seorang guru, tapi saya menjalani hidup di sekitar mereka. Apa salahnya berbagi pengetahuan kepada mereka yang membutuhkan, tak perlu dengan fasilitas canggih dan modern, hanya dengan menceritakan dari kegiatan yang pernah kita lakukan atau memanfaatkan alat peraga yang berada di sekeliling kita.

Mereka adalah anak-anak penerus negeri ini, kalau bukan mereka siapa lagi? Tak perlu kita berharap akan merasakan hasil dari mereka, biar mereka teruskan cita-cita kita yang belum tercapai, kemudian nantinya akan diteruskan lagi kepada generasi berikutnya sehingga terbentuklah efek berkelanjutan. 



Look Your Colors Based on Birthday


             
December 23rd - January 1st
Red
January 2nd - January 11th
Orange
January 12th - January 24th
Yellow
January 25th - February 3rd
Pink
February 4th - February 8th
Blue
February 9th - February 18th
Green
February 19th - February 28th
Brown
March 1st - Match 10th
Aqua
March 11th - March 20th
Lime
March 21st
Black
March 22nd - March 31st
Purple
April 1st - April 10th
Navy
April 11th - April 20th
Silver
April 21st - April 30th
White
May 2nd - May 14th
Blue
May 15th - May 24th
Gold
May 25th - June 3rd
Cream
June 4th - June 13th
Grey
June 14th - June 23rd
Maroon
June 24th
Grey
June 25 - July 4th
Red
July 5th - July 14th
Orange
July 15th - July 25th
Yellow
July 26th - August 4th
Pink
August 5th - August 13th
Blue
August 14th - August 23rd
Green
August 24th - September 2nd
Brown
September 3rd - September 12th 
Aqua
September 13th - September 22nd
Lime
September 23rd
Olive
September 24th - October 3rd
Purple
October 4th - October 13th
Navy
October 14th - October 23rd
Silver
October 24th - November 11th
White
November 12th - November 21st
Gold
November 22nd - December 1st
Cream
December 2nd - December 11th
Grey 
December 12th - December 21st
Maroon
December 22nd
Teal

RED
Cute and lovable type, you are picky but always in love ...and liked to be loved. Fresh and cheerful, but can be "moody" at times. Capable with people, nice, soft, and that can love you for the way you are. Likes people that are easy to talk to, and can make you feel comfortable.
CREAM
Competitive and sportive. Don't like losing and always cheerful! You are trustworthy, and very out-going. You choose love carefully, and don't fall in love easily. But once you find the right one, you don't let go for a long long time. 
TEAL
You are mostly interested in your looks. And have high standards in picking love. You think and make a solution precisely, and hardly make stupid mistakes. You like to lead, and is easy for you to make new friends.
GREY
You are attractive, and active. You never hide your feelings, and express everything that's inside. But can be selfish at times. You want to be noticed, and don't like to be treated unequally. You can brighten up people's day. You know what to say at the right time, and you have a good sense of humor. 
GREEN
You get along well with new people. You are not really a shy person, but sometimes you can hurt people's feelings by your words... You like to be loved and noticed by your lover, but mostly you are single, waiting for the right person. 
GOLD
You know what's right and what's wrong. You are cheerful and out going. It's hard for you to find the one you want, but once you find the right person, you won't be able to fall in love again for a long time. 
PINK
You are always trying your best in everything, and like to help and care for other people. But you are not easily satisfied. You have negative thoughts, and you look for romantic love like in a fairytale. 
YELLOW
You are sweet and innocent. Trusted by many people, and have a strong leadership towards relationships. You make good decision and make the right choice at the right time. And always dreaming of romantic relationship.
MAROON
You are intelligent, and know what's right. You like to take things go your way, which can sometimes cause trouble or not thinking about other people's feelings. But you are patient when it comes to love... Once you get a hold of the right person, it's hard for you to find a better love. 
ORANGE
You are responsible for your own actions, and you know how to treat people. You always have goals to reach, and are competitive. When it comes to friendship, you find it hard to trust someone, but once you find the right friend, you trust them for ever. 
PURPLE
You are mysterious, never selfish and get interested in things easily. Your day can be sad or happy depending on your mood. You are popular between friends but you can act stupid at times, and forget things easily. You go for person that's trustworthy. 
LIME
You are calm, but easily stressed out. You get jealous easily, and complain over little things. You can't get stuck into one thing, but you have a capable personality for everyone to trust you and like you. 
SILVER
You are imaginative and shy, but you like trying new things. You like to challenge yourself. You learn things easily, and like "Hard to get". Your love life is normally hard and confusing. 
WHITE
You dream and have goals in your life. You get jealous easily and you don't react to things easily. You are different and sometimes thought highly by others. 
OLIVE
You are warm and light hearted. You seem to flow well with friends and family. You don't like violence and know what's right. You are kind and cheerful, but don't envy other people easily. 
BROWN
You are active and sportive. It's hard for other people to become close with you, but you fall in love easily. But once you find out you can't get something, you give up and let go easily as well. 
BLUE
You have low self-esteem, and very picky. You are artistic and like to fall in love, but you let your love pass by, by loving with your mind, not your heart. 
NAVY
You are attractive, and love your life. You have a strong feeling towards everything. And very easily distracted. Once you get angry at someone, it's hard for you to forgive them. 
AQUA
Your feelings change suddenly and easily. You are always lonely, and like travelling. You are truthful, but listen and believe other people too easily. It's hard to find love for you, and you get lost in love easily. Sometimes you get hurt by love.
BLACK
You are challenging, and have the "guts". But you don't like changes in your life. And once you make a decision, you keep it that way for a long time. Your love life is also challenging, and different.
ORANGE
You are responsible for your own actions, and you know how to treat people. You always have goals to reach, and are competitive. When it comes to friendship, you find it hard to trust someone, but once you find the right friend, you trust them for ever.

"If it is true that there are as many minds as there are heads, then there are as many kinds of love as there are hearts" --  Leo Tolsto

.op.