Bahan Bakar Hidrokarbon Pengganti Minyak Bumi

Hampir 100 persen dan selama hampir 100 tahun, dunia mengandalkan minyak bumi sebagai sumber daya energi. Tak heran, penggunaan sumber daya energi hidrokarbon yang besar berimbas pada pengembangan teknologi mengikuti perkembangan sumber daya tersebut. Oleh karena itu, semua teknologi, semua mesin konversi energi dikembangkan untuk menggunakan atau dicocokkan dengan bahan bakar dari hidrokarbon, termasuk bahan bakar minyak (BBM).

Menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI) Tatang Hernas Soerawidjaja, meski minyak bumi hingga abad 22 masih tetap akan ada, kemampuan untuk mengekploitasi dari perut bumi jauh lebih rendah daripada mengonsumsinya. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan energi fosil harus mulai dikurangi atau berhemat memakai BBM.

Mengetahui sulitnya mendapatkan emas hitam, mulailah para ahli energi di dunia mencari sumber daya energi terbarukan yang mirip atau mudah diubah menjadi hidrokarbon. Berikut penjelasan Tatang saat ditemui MigasReview.comdi kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), beberapa waktu lalu.

Kapan sebenarnya mulai terinisiasi pengembangan energi terbarukan?

Mulai awal 2000 memang sudah dipikirkan tentang energi terbarukan. Di dunia, terutama bioenergi sangat diperlukan. Pertama kali inisiasinya oleh Brasil pada 1970-an. Berawal dari pemikiran bahwa sebelum 1970, Brasil merupakan pengimpor minyak yang sangat besar. Pada 1974, presiden Brasil terpilih adalah Ernesto Beckmann Geisel, mantan presiden Petrobras yang juga seorang jenderal. Geisel mengetahui berapa banyak biaya yang dihabiskan untuk mengimpor minyak. Suatu hari pada 1975, dia berkunjung ke sebuah laboratorium milik pemerintahan Brasil, kalau di sini seperti BPPT, yang sedang melakukan penelitian campuran etanol (Gasohol) ke mesin.

Geisel melihat penelitian tersebut itu sebagai jawaban dari permasalahan impor minyak di negaranya, hingga mengatakan ke stafnya, “Batalkan semua agenda pertemuan saya hari ini” Dia mau berada di laboratorium itu meminta penjelasan dari penelitian tersebut, sehingga rencana kunjungan setengah jam menjadi setengah hari. Dua minggu kemudian, keluarlah dekrit program bensin beralkohol, hingga sekarang Brasil terkenal dengan penggunaan bahan bakar bioetanol meskipun pada 1980-an Petrobras menemukan cadangan minyak lepas pantai yang saat ini melampaui cadangan minyak Indonesia.

Artinya, butuh political will yang memiliki tujuan, mau diapakan energi ini.

Apakah ada energi terbarukan yang bisa menggantikan atau mirip minyak bumi?

Jawabannya ada. Anda tahu apa itu asam lemak? Asam karboksilat rantai panjang terdiri atas unsur C2H dan COOH. Contoh asam palmitat (C15H31COOH). Kalau orang energi bilang, ini hidrokarbon terkontaminasi. Ada 2 cara agar dapat menjadi hidrokarbon. Pertama, tarik CO2 sehingga menjadi C15H32. Kedua, tekan CO2 dengan hidrogen keluar menjadi air (H2O) sehingga berubah menjadi C16H34. Apa ini? Inilah heksadekan, yang merupakan bahan bakar diesel dengan angka oktan 100. Dari mana mendapatkan asam palmitat? Itu merupakan salah satu asam lemak yang paling mudah diperoleh dari tumbuh-tumbuhan famili Palmaceae, seperti kelapa (cocos nucifera) dan kelapa sawit (elaeis guineensis).

Jadi kita punya energi terbarukan. Teknologi mengonversi asam lemak menjadi hidrokarbon ini sudah berkembang. Namanya hydrodeoxygenation fatty oil, dan di dunia, pabriknya baru ada lima, termasuk yang mau berjalan di Gresik, meski teknologinya agak berbeda dengan keempat pabrik yang lain. Tiga di antaranya punya Neste Oil, perusahaan migas asal Finlandia, yang terletak satu di Porvoo, Finlandia, satu di Singapura, dan satu lagi di Rotterdam. Kapasitas yang cukup besar yang di Singapura. Bayangkan, kita mengekspor 1 juta ton minyak kelapa sawit untuk diubah menjadi bahan bakar hidrokarbon. Dan yang di Rotterdam, perkiraan saya juga mendapatkan minyak kelapa sawit dari Indonesia.

Sementara kalau mau perbandingan, Pertamina mengimpor minyak mentah 1 juta ton dari Arab untuk memenuhi kilang petrokimia yang sedang dibangun. Ini sudah menunjukkan tanda-tanda ketertinggalan.

Neste Oil dengan pabrik pengubah asam lemak menjadi hidrokarbon itu, menggunakan suplai minyak kelapa sawit dari Indonesia, sedangkan kita masih memikirkan atau mengandalkan minyak mentah dari negara lain. Padahal, energi terbarukan ada di depan mata. Sehingga, dari penerapan teknologi saja kita sudah tertinggal karena masih memikirkan cara mendapatkan sumber minyak, sementara yang lain sudah mulai menerapkan energi dari minyak nabati.

Artinya, teknologi hydrodeoxygenation fatty oil bisa menciptakan bahan bakar dari tumbuh-tumbuhan?

Ini yang saya sebut generasi satu setengah. Berbasis kesadaran bahwa pada minyak-lemak nabati sebenarnya memiliki 85-90 persen hidrokarbon yang relatif mudah dikonversi menjadi biohidrokarbon alias renewable hydrocarbon dan dapat diolah dengan teknologi-teknologi yang sudah mapan diterapkan di kilang-kilang minyak bumi. Kini berkembang kilang-kilang hidrodeoksigenasi minyak-lemak nabati menjadi biohidrokarbon, seperti Neste Oil tadi. Hasil produknya Bio Hydrofined Diesel (BHD), Bioavtur (Jet Biofuel), Biogasoline, Bioelpiji. Beberapa negara di dunia kini juga mengembangkan semua pohon potensial penghasil minyak-lemak nabati non-pangan. Keanekaragaman hayati Indonesia adalah gudang aneka pohon potensial penghasil minyak-lemak nabati.

Mengapa bioenergi?

Sistem energi dunia harus (dan sedang diupayakan) beralih dari sebuah sistem energi berbasis sumber daya fosil ke sistem energi berbasis sumber daya terbarukan. Sistem energi dunia yang ada sekarang telah dibangun, selama hampir satu abad, dengan berdasar (atau merujuk) pada aneka keunggulan sumber daya fosil. Sumber daya fosil adalah sumber daya bahan bakar. Karena itu, semua teknologi dan mesin pengonversi sumber daya bahan bakar menjadi aneka bahan bakar bermutu tinggi, listrik, kalor, dan sebagainya, kini sudah tersedia. Industri energi sangat butuh sumber daya terbarukan yang langsung sesuai dengan teknologi dan mesin tersebut.

Bioenergi merupakan jembatan transisi vital peralihan sistem energi berbasis sumber daya fosil ke sistem energi berbasis sumber daya terbarukan. Konsumsi bioenergi akan terus membesar. Pada 2050, kontribusinya hampir sama besar dengan jumlah total energi-energi terbarukan lain.

 Kenapa harus mulai melakukan transisi?

Ada beberapa tujuan,
  • Memperkuat keterjaminan pasokan energi (energy security) sambil mengurangi dan akhirnya meredam kebutuhan akan bahan bakar fosil.
  • Mengembangkan industri sambil menyehatkan neraca pembayaran negara (country balance of payment).
  • Meningkatkan kreasi nilai tambah hasil-hasil industri budidaya.
  • Membuka lapangan/kesempatan kerja terutama di wilayah-wilayah pedesaan.
  • Mengurangi toxicity produk-produk dan proses-proses demi peningkatan kesehatan.
  • Mengurangi pemanasan global (emisi gas-gas rumah kaca).


Anda mengatakan, negara yang potensi sumber dayanya jauh lebih besar dari rata-rata, tidak boleh terbawa arus rata-rata. Maksudnya?

Misal, produksi timah kita terbilang cukup besar di dunia, tapi riset timah diserahkan semua ke asosiasi negara-negara penghasil timah (International Tin Council/ITC) di London. Mereka lakukan riset untuk memenuhi keinginan semua anggota, akibatnya keinginan rata-rata yang disepakati, sehingga yang memiliki sumber besar tidak akan bisa kebutuhan risetnya tidak bisa terpenuhi. Maka seharusnya yang memiliki sumber daya besar harus melakukan riset sendiri, tapi tidak dilakukan. Hingga saat cadangan timah sendiri mulai menipis, mereka mulai kebingungan mau dibuat apalagi. Padahal, dalam kandungan timah masih ada kadar mineral lain. Itulah yang sering jadi pertanyaan, kita memiliki sumber daya alam besar, kenapa harus mengikuti kemauan orang lain?

Oleh karena itu, untuk setiap masalah yang krusial kita harus ngomong yang benarnya bagaimana, dan kebijakan pemerintah harus ada dasar ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), bukan kebijakan dibuat kemudian iptek disuruh mengikutinya. Ini gila!


Saya pernah bertemu dengan seseorang dari National Academic of Science Amerika Serikat (NAS). Dia bercerita mengapa dan bagaimana NAS bisa maju dan berkembang. Presiden AS Abraham Lincoln menegaskan, kebijakan AS harus didasari iptek. Sehingga, perdebatan apapun di AS, mulai dari politik di-backup oleh iptek dengan berbeda pandangan. Tapi kalau di Indonesia, tidak ada perdebatan yang didasari oleh iptek.

Tips Menikmati Wine untuk Pemula

Sebelumnya, kalau beli wine saya suka asal pilih saja. Minumnya juga asal lewat mulut saja.

Beberapa hari lalu, saya bersama kawan-kawan Bali Blogger mengikuti Wine Appreciation Class yang diadakan Hatten Wine. Dari sana saya jadi tahu kalau bukan hanya asal anggurnya saja yang mampu mempengaruhi rasa wine. Kalau dinikmati, wine ternyata punya rasa yang beragam, seperti kopi.

Berikut adalah beberapa hal kecil tapi penting tentang cara menikmati wine.

1. Gelas yang tepat

Awalnya saya kira gelas wine, yang punya kaki panjang dan langsing macam hak sepatu stiletto itu, cuma bertujuan membuat si peminum wine terlihat lebih seksi. Efek yang sama seperti kalau perempuan pakai stiletto. Ternyata oh ternyata, kaki gelas itu memang didesain supaya kita memegang bagian tersebut.

pegang gelas

“Wine itu resisten pada temperatur. Kalau temperaturnya naik atau terlalu dingin, rasanya akan berubah. Tangan kita kan penghantar panas, jadi kalau kita pegangnya begini (tangan di bagian gelasnya bukan kaki gelas), maka panas tubuh kita akan dihantarkan tangan dan mempengaruhi temperatur wine”, urai Kertawidyawati yang memimpin kelas wine.

Di hadapan kami, tersaji lima gelas wine. Gelas yang paling kiri tinggi dan ramping berisikan sparkling wine. Dua gelas berikutnya sedikit lebih gendut dari gelas sebelumnya, diisi oleh white wine. Wine di dua gelas yang terakhir adalah red wine, yang gelasnya paling besar dan lebih bulat.
widarioka | 2018
widarioka | 2018
Ukuran dan bentuk gelas ternyata juga berpegaruh pada kenikmatan wine. Red wine menggunakan gelas yang lebih besar dan bulat karena memerlukan proses oksidasi dan udara lebih banyak. Berbeda dengan sparkling wine dan white wine yang lebih resisten pada temperatur, sehingga lebih nikmat jika disajikan dingin. Gelasnya lebih kecil dan ramping membantu menjaga temperatur sparkling wine dan white wine dingin lebih lama di suhu ruangan.

Pantas saja ketika masuk ke ruangan kelas wine, dari 5 gelas yang tersedia, hanya red wine yang sudah dituang ke gelas. Red wine memang disarankan untuk disimpan dalam suhu ruangan. Tapi sebagai catatan, suhu ruangannya versi eropa loh ya.. yang suhunya sekitar 18 sampai 20 derajat. Jadi kalau di Indonesia, suhu ruangannya tetap perlu pakai AC. Sparkling wine dan white wine disajikan dingin dan baru dituang beberapa saat sebelum kami mulai mencicip winenya.

2. Lihat, Dengar, Cium, Kumur.

Sebelum akhirnya meminum wine, kita perlu terlebih dahulu melihat kondisi wine-nya, mendengar, mencium aromanya, baru kemudian mengumurnya di mulut.

Lihat

Sparkling wine adalah wine yang diberi karbondioksida. Sparkling wine yang baik adalah yang masih ada bubble-nya, bergerak dari atas ke bawah.

Pada white wine, indikasi wine-nya masih baik terlihat dari warnanya yang clear dan shiny (mengkilat). Kalau ketika dituang warnanya butek, artinya winenya sudah rusak.

Kita juga bisa langsung memperkirakan body white wine dan red wine dari hanya melihatnya saja. Body wine dibedakan antara light, medium, dan full body. Body wine tidak terkait dengan kandungan alkohol di dalamnya tapi lebih ke cita rasa si wine itu sendiri. Kalau light body, rasa wine tersebut akan cepat hilang di mulut dan tidak terlalu banyak rasanya. Sedangkan wine yang full body cita rasanya lebih banyak, rasanya juga lebih lengket di lidah dan lama hilangnya di mulut.

Cara sederhana melihat body wine adalah dengan memiringkan gelasnya nyaris 90 derajat. Untuk white wine, akan terlihat warna berbeda di bagian pinggirnya. Semakin perbedaan warnanya tidak kentara, maka semakin full body wine-nya. Sedangkan untuk red wine, bisa dimiringkan nyaris 90 derajat dan diarahkan ke jam tangan atau tulisan, jika jam tangannya tidak terlihat, berarti wine tersebut tergolong full body.

Dengar

Yaps, bukan cuma suara hati aja yang perlu didengarkan, wine juga. Ini juga salah satu cara memastikan sparkling wine yang hendak kita minum masih dalam keadaan layak. Kalau kita mendekatkan telinga ke gelas ramping sparkling wine, maka akan terdengar suara “blubub.. blubub..”, suara bubble pecah. Artinya sparkling wine-nya masih baik dikonsumsi.

Note: tips “mendengarkan wine” ini tidak untuk dipraktikan kalau lagi minum di tempat umum ya 😀

Cium

Seperti halnya kopi, aroma wine juga bisa bermacam-macam, dan tercipta dari daerah sekitar tempat anggur itu ditanam. Jadi, kalau hidung dan hati kita cukup sensitif, aroma wine bisa membawa kita jalan-jalan ke daerah Eropa atau Australia (tempat anggur dari wine Two Islands ditanam), atau paling enggak jalan-jalan ke Buleleng (tempat anggur dari wine Hatten ditanam).

Supaya aroma wine-nya lebih keluar, sekaligus biar lebih gaya, kita bisa goyang gelasnya.

Dari hasil mencium aroma, saya mendapatkan sensasi yang berbeda dari white wine Chardonnay (Two Islands) dan Alexandria (Hatten). Alexandria punya wangi yang lebih manis, yang menurut mbak Kertawidyawati merupakan aroma dari buah-buahan segar dan matang ala negara tropis seperti nanas, dan lain-lain.

Kumur

Kalau Kopi disesap, wine dikumur.

Iya, dikumur. Untuk bisa menikmati cita rasa wine, pas diminum winenya jangan langsung ditelan. Kulum dulu di mulut. Bisa juga sambil “diberi udara” dengan cara dikumur supaya rasanya lebih keluar. Banyaknya alkohol dalam wine bisa dirasakan ketika wine ditelan, semakin panas terasa di kerongkongan, semakin tinggi alkoholnya.

3. Makanan yang pas

Minum wine itu mirip-mirip pacaran. Lebih nikmat kalau “pasangannya” pas.
widarioka | 2018
widarioka | 2018
Setelah mencicip beberapa wine dalam waktu berdekatan, saya jadi tahu perbedaan sensasi wine di lidah selain masalah rasa. Misalnya setelah minum sparkling wine, lidah rasanya kering dan mulut terasa berliur. Atau Alexandria yang manis bikin saya pingin makan yang asin-asin setelahnya.

Di negara asalnya, Eropa, wine memang dikonsumsi sebagai teman makan. Jadi minum wine akan lebih nikmat kalau ditemani makanan yang sesuai. Kalau Alexandria enak dimakan sama makanan yang asin-asin atau pedas, sparkling wine ini enak banget kalau diminum setelah akan makanan yang creamy dan yang mengandung keju. Eneg gegara makan keju hilang seketika di mulut.

Ada yang bilang kalau red wine cocoknya buat menemani makanan dari red meat seperti daging sapi atau babi. Sedangkan white wine lebih cocok diminum setelah makan white meat seperti ayam dan ikan. Tapi pada akhirnya cocok atau tidaknya juga tergantung saus yang melengkapi si daging. Kalau Alexandria diminum setelah makan ayam yang dibumbu manis, rasanya lidah saya bakal tetap meminta yang asin-asin supaya terpuaskan 😀


dikutip dari Kereta Wida

Tantangan Kembangkan 7.000 MW Energi Panasbumi

Sebagai negara yang memiliki cadangan energi geothermal (panasbumi) sekitar 40%, selayaknya energi ini dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadapi peningkatan permintaan listrik (10% setiap tahun). Disayangkan, energi yang sebenarnya sudah ditemukan atau dikembangkan mulai 1980an, potensinya belum digunakan secara maksimal, bahkan dapat dikatakan perkembangannya stagnan. Padahal, energi panasbumi yang merupakan energi baru dan terbarukan dapat diandalkan dalam mendukung ketahanan dan keamanan energi di Indonesia.

Ketua Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2016 Heribertus Dwiyudha mengungkapkan, harapannya supaya tahun 2016 menjadi kick off pointserta milestone untuk mengingatkan semua pemangku kepentingan yang terkait, bahwa 10 tahun kedepan ada tantangan besar yang harus dihadapi dan dicapai, yaitu mengembangkan pemanfaatan panasbumi hingga 7.000 MW di 2025.

Berikut perbincangannya saat ditemui MigasReview.com, beberapa waktu lalu.

Mengapa perkembangan energi panasbumi di Indonesia, terkesan lamban atau tidak sepesat perkembangan energi lainnya?

Potensi panasbumi saat ini di Indonesia mencapai 40.000 MW, sementara yang dimanfaatkan baru sekitar 1.300-an MW (3-4%). Pengembangan yang belum maksimal ini dikarenakan antara lain sulitnya mencari lokasi energi panasbumi serta tingginya inestasi yang dibutuhkan untuk pengembangannya. Tingginya resiko pengembangan panasbumi yang menjadi pertimbangan investor harus disertai keyakinan bahwa investasi yang ditanamkan juga memiliki tingkat kesuksesan yang patut dipertimbangkan.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam tahap eksplorasi?

Eksplorasi panasbumi membutuhkan waktu 2-4 tahun dengan tahapan analisa data geophysics, data geology dan data geochemist, untuk kemudian dilakukan survei keekonomisan potensi panasbumi suatu daerah untuk pengembangan lebih lanjut yang biasanya membutuhkan 1-2 tahun. Setelah dinyatakan layak, dimulai persiapan eksplorasi seperti pemetaan rig untuk melakukan pengeboran dan dilanjutkan dengan drilling exploration pada 3-4 sumur ekplorasi untuk melihat apakah potensi yang ada layak dikembangkan lebih lanjut. Dengan hasil yang baik, proses akan dilanjutkan dengan tahap eksploitasi.

Lokasi energi panasbumi umumnya berada di daerah pegunungan dan kawasan hutan, apakah hal itu semakin menyulitkan?

Panasbumi hampir sebagian besar dicari di daerah-daerah yang memang 'bekas' gunung berapi atau gunung berapi yang dapat dikatakan secara aktivitasnya sudah tidak ada lagi, sebagian besar di daerah pegunungan yang biasanya termasuk kawasan hutan. Hal-hal tersebut menjadi tantangan juga dalam mengembangkan energi panasbumi dimana secara infrastruktur, pembangunan memerlukan biaya yang cukup tinggi serta tantangan regulasi penggunaan lahan, karena sebagian lahan panasbumi berada di kawasan hutan lindung dan hutan konservasi.

Saat ini, meskipun perizinan terkait penggunaan lahan hutan lindung dan hutan konservasi serta kajian-kajiann terkaitnya dapat dikatakan sangat ketat, namun terlihat niat baik dari pemerintah untuk mengembangkan sektor panasbumi dengan mengijinkan kegiatan pengeboran panasbumi di daerah-daerah tersebut.

Apa harapan dari para pengembang energi panasbumi agar energi ini dapat dikembangkan lebih baik lagi?

Yang paling penting adalah peran pemerintah meyakinkan investor untuk berpartisipasi dalam pengembangan panasbumi nasional, adanya kebijakan/peraturan serta dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah tentunya dapat mempercepat pengembangan panasbumi Indonesia. Dengan besaran investasi US$4-6 juta per MW sudah sewajarnyalah didapatkan dukungan pemerintah untuk proses pengembangan sektor panasbumi ini.

Harapan ke depan, panasbumi dapat memberikan kontribusi terhadap ketahanan energi di Indonesia di masa datang. Energi fosil suatu saat akan habis, maka semoga energy panas bumi dapat menjadi penyedia sumber energi dengan dukungan penuh Pemerintah dan semua pihak terkait. Tidak mustahil 10.000 MW untuk di Jawa-Bali dapat disuplai dari panasbumi.

Bagaimana dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung pengembangan panasbumi?


SDM yang ada sekarang ini memang masih kurang, namun beberapa kerjasama yang dibuat oleh Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) dengan beberapa institusi-institusi di luar negeri serta pemerintah sudah mulai mempersiapkan tenaga- tenaga ahli pengembangan panasbumi. Akan tetapi, dikarenakan belum maksimalnya pengembangan panasbumi maka tenaga ahli yang sudah dipersiapkan belum dapat terserap dengan baik.

Menjaga Semangat Industri Panasbumi

Panasbumi merupakan sumber energi yang ramah lingkungan serta dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Namun, pengembangan energi panasbumi juga membutuhkan dukungan banyak pihak.

Oleh karena itu, untuk menjaga pemanfaatan energi panasbumi tetap berkelanjutan, Ketua Pelaksana Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2017 Suharsono Darmono mengharapkan, IIGCE menjadi wadah untuk berdiskusi dan sharing knowledge pengalaman dan keahlian bagi kepentingan bersama antara industri, kampus dan pemerintah.

Berikut penuturannya ketika ditemui MigasReview.com.

Apa yang akan disampaikan dalam IIGCE 2017 ini?

Event ini adalah yang kelima kalinya, yang mana dari event sebelum-sebelumnya terdapat benang merah agar mengupdate perkembangan dan peluang di industri panasbumi (geothermal) termasuk tantangan dan hambatannya.

Event ini menjadi tempat berkumpulnya para pemangku kepentingan untuk melakukan sharing knowledge mengenai best practice yang terkait industri panasbumi.

Kemudian terdapat pameran (exhibition) yang menampilkan kemajuan yang telah dicapai hingga saat ini oleh para pelaku industri panasbumi, mulai dari  pembuat kebijakan, pengembang, industri penunjang maupun akademisi.

Akan ada pembicara kunci, diantaranya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Keuangan, Wakil Ketua DPR, Dirjen EBTKE, Asosiasi Panasbumi Indonesia, Duta Besar Selandia Baru, serta para pelaku terkait industri panasbumi.

Kemudian presentasi teknis, kunjungan lapangan, pre-event conference workshop dengan 2 topik, yaitu strategi pengembangan lapangan panasbumi, dan strategi investasi.

Apa yang menjadi ciri dari energi panasbumi?

Industri geothermalmemiliki beberapa strength point, pertama merupakan energi yang ramah lingkungan, karena tidak menimbulkan gas rumah kaca. Kedua, tidak mengganggu lingkungan permukaan bumi karena produk samping yang dihasilkan panasbumi dikembalikan (dinjeksikan kembali) ke dalam bumi. Terakhir, energi terbarukan, karena air yang terkondensasi dari uap yang sudah dipakai entalpi-nya (panas dan tekanan uap) dikembalikan ke dalam bumi dan bertemu dengan magma-nya lagi kemudian menjadi uap (berulang).

Ada dimana saja potensi energi panasbumi?

Secara geografis, menurut paraahli eksplorasi, Indonesia berada di Ring of Fire, gugusan gunung berapi yang terbentang dari Aceh, Sumatera (Bukit Barisan), Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur, kemudian Sulawesi serta Halmahera, Maluku. Maka, secara teori potensi panasbumi berada di daerah-daerah tersebut.

 Bagaimana perkembangan panasbumi yang ada saat ini, dan apa tantangannya?

Perkembangan dalam hal kapasitas panasbumi yang sudah ter-develop, saat ini 1600-an MW (data Kementerian ESDM per Juni 2017 sebesar 1.698,5 MW). Disadari, masih banyak peluang untuk dikembangkan lagi, dan merupakan amanah dari RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) untuk mengembangkan pembangkit tenaga listrik panasbumi (PLTP) 7.200 MW di 2025. Tentunya, di IIGCE kita akan mendengarkan perkembangan dari pihak regulator, peraturan-peraturan apa saja yang dikeluarkan, yang akan menjadi pertimbangan bagi para pelaku industri ini.

Tantangan dari industri panasbumi terdapat beberapa, pertama, sumber-sumber panasbumi berada di hutan ataupun pegunungan, baik di hutan lindung maupun hutan konservasi. Sehingga, diperlukan solusi supaya tetap taat terhadap aturan dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup dan Kementerian ESDM untuk menjembataninya. Kedua, tantangan eksplorasi, dimana terdapat success factors dan failed factors, karena ketika melakukan pengeboran sumur panasbumi belum tentu 100% didapatkan. Sehingga, bisa terjadi dry hole, hampir mirip seperti di industri minyak dan gas bumi, namun juga bisa mendapatkan lebih daripada studi yang diprediksikan. Ketiga, risiko teknis, karena uap yang dihasilkan dari magma bumi, bukan uap seperti tenaga uap yang menggunakan batubara, sehingga kualitas uap yang dihasilkan belum tentu murni atau bagus maka diperlukan conditioning yang dapat membebankan biaya operasional. Terakhir, risiko harga yang diawali dengan penentuan harga di depan, dan besaran harga saat ini dibatasi oleh peraturan pemerintah sehingga ada risiko harga yang menjadi tantangannya.

Namun, yang terpenting semangatnya untuk menjalankan industri geothermal, meski banyak tantangan dan aturan-aturannya, kita perlu menjaga semangat dari para pelaku industri ini dan menjembatani dengan para pemangku kepentingan agar tetap maju kedepan untuk mempercepat pengembangan panasbumi.

Bagaimana kesiapan sumber daya manusia (SDM)?

Dilihat dari pendidikan di Indonesia, sekarang ini baru memang ada di tingkat Strata 2 Teknik Panasbumi, untuk jenjang Strata 1 dan Diploma masih umum. Namun, good news-nya jenjang S1 dan Diploma Teknik sudah dapat mendukung industri ini. Katakanlah, ketika eksplorasi dibutuhkan ahli geologi, geochemist, reservoar engineer, ataupun geofisika yang secara umum bisa dilatih untuk mendalami panas bumi.  Sehingga, (dalam pendidikan) perlu ditambahkan variabel atau materi contoh yang membidangi panasbumi. Masing-masing developer memiliki trainingbagi fresh graduate S1 maupun Diploma ketika berkecimpung di industri panasbumi dengan diberikan pelatihan-pelatihan ataupun praktek lapangan untuk menghasilkan tenaga ahli berdasarkan kualitas yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan, karena seiring dengan bertambahnya kapasitas PLTP (seperti yang ditargetkan) tentunya membuka peluang tenaga kerja yang dibutuhkan. Sementara ilmu dasarnya sudah tersedia, seperti Teknik Geologi, Teknik Perminyakan, Teknik Geofisika, Teknik Mesin, Teknik Listrik (Elektro), Teknik Kimia bahkan Teknik Sipil.

Apa harapan Anda terhadap industri panasbumi?


Rencana sebaran energi nasional, yang sudah dipikirkan dan direncanakan oleh Dewan Energi Nasional (DEN) dan sudah diratifikasi oleh pemerintah melalui RUEN, terealisasikan. Sehingga, sebaran energi bersih lebih besar, menggantikan energi yang tidak terbarukan dan dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya.

Jembatani Kepentingan Geothermal dan Konservasi Hutan

Indonesia memiliki cadangan energi panasbumi (geothermal)hingga 40 persen dari total cadangan dunia sekitar 29.000 MW, sementara yang dikembangkan baru 1.760 MW. Sumber energi baru-terbarukan ini sebenarnya bukan barang baru, namun pengembangannya tidak sepesat energi fosil. Padahal, cadangan yang begitu besar ini bisa menjadi salah satu solusi untuk menjaga ketahanan energi Indonesia.

General Manager Operasional PT Ametis Energi Nusantara Aan Akhmad Prayoga mengatakan, isu tumpang tindih lahan masih menjadi salah satu penghambat perkembangan energi panasbumi. Namun, dia mengakui, tanpa adanya konservasi hutan, energi menggunakan uap dari dalam perut bumi juga tidak dapat diproduksi.

Berikut perbincangannya saat ditemui MigasReview.com usai pembukaan Konferensi dan Pameran EBTKE CONEX 2013 Indonesia dengan tema Conservation, New and Renewable Energy - Road To Energy Security & People Welfare di Jakarta Convention Center, Rabu (21/08/2013).

Apa yang menjadi kekurangan kita dalam hal mengembangkan energi panasbumi?

Keterbatasan resource, yaitu sumber daya manusia, finansial dan teknologi. Satu-satunya sekolah yang mempelajari panasbumi di Indonesia adalah Institut Teknik Bandung, dan itu hanya sebagai mata kuliah, bukan jurusan. Yang ada jurusannya di tingkat program Master. Sedangkan negeri lain yang notabene memiliki cadangan energi panas tidak terlalu besar, seperti Islandia dan Selandia Baru malah memiliki institut khusus untuk pengembangan energi panasbumi.

Berapa investasi yang perlu dipersiapkan?

Nilai investasi untuk kapasitas pembangkit 50 MW sekitar US$200-300 juta. Dibandingkan industri minyak dan gas (migas), ini termasuk awal yang sangat besar karena untuk bisa mendapatkan energi panasbumi yang keluar pertama kali butuh 5-7 tahun. Survei 1 tahun, eksplorasi dengan asumsi 2-3 tahun, dan pengembangan pembangkit 2-3 tahun tahun. Nah, adakah investor yang mau menunggu selama itu? Tanpa ada komitmen tulus dari pelaku usaha, mustahil dikembangkan. Belum lagi tanpa ada dukungan dari pemerintah.

Berapa luas lahan yang diperlukan dan bagaimana sistem kerja energi panasbumi?

Lahan yang dibutuhkan untuk pembangkit berkapasitas 50-100 MW kurang dari 100 hektare, sementara untuk well head sekitar 1 hektare. Sistem kerja energi panasbumi ini, karena lahannya berdekatan dengan gunung berapi yang aktif, di bawah tanah ada aktivitas lava, ibarat memasak air di kompor. Saat mendidih, timbul uap. Uap tersebut yang diproduksikan untuk menggerakkan turbin. Itu sebabnya, kita percaya hutan begitu penting. Meski ada kompor, namun kalau tidak ada air, maka tidak akan menimbulkan uap. Jika tidak ada hutan karena gundul, airnya tidak meresap di dalam tanah dan terjadilah erosi. Makanya, energi panasbumi dan konservasi hutan bisa disinergikan. Sama-sama dapat menuai kebaikan bagi pemangku kepentingan.

Apakah kendala tumpang tindih lahan ini membuat minimnya pelaku usaha energi panasbumi?

Pada 2010-2011, mungkin banyak kendala dalam perkembangan energi panasbumi. Tapi harapan kami setelah pasca 2014 atau 2015, energi dari panasbumi ini, terlebih lagi dengan ada EBTKE CONEX, akan semakin berkembang pesat. Kondisi sekarang cukup berat. Penghambat nomor satu adalah implementasi regulasi, yaitu yang paling sering menjadi masalah mengenai tumpang tindih lahan antara lahan panasbumi dengan lahan konservasi. Sehingga, yang mana akan menjadi prioritas? Kita butuh energi, sementara konservasi hutan juga diperlukan. Keduanya punya regulasi masing-masing, maka perlu mencari mana yang harus didahulukan, karena sama-sama kuat kepentingannya.

Energi panasbumi termasuk dalam UU 2/2013 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, apakah masih juga menghambat?

Kami sebagai pelaku usaha energi panasbumi ingin agar energi ini berkembang dengan adanya UU 2/2013. Itu sebabnya, konservasi hutan dan panasbumi termasuk kepentingan umum dalam satu peraturan. Kalau tidak memungkinkan adanya regulasi baru, setidaknya ada yang dapat menjembatani kepentingan keduanya. Sebab, kalau tidak dijembatani, tumpang tindih akan terus terjadi. Keinginan membangun fasilitas energi panasbumi jadi terbatas karena adanya regulasi konservasi hutan. Sehingga, pemerintah maunya apa, energi atau konservasi hutan? Padahal, solusinya bisa dicari.

Energi panasbumi bukanlah berkonsep seperti pertambangan, hanya membutuhkan lahan untuk membuat sumur dan jalur pipa dibandingkan sistem penambangan lain. Saya mengerti, konservasi hutan sangat diperlukan. Tapi tanpa energi, bangsa ini bagaimana bisa maju? Yang namanya panasbumi letaknya berada di kawasan gunung dan di situ juga adanya hutan.


dikutip dari MigasReview.com