Tips Menikmati Wine untuk Pemula

Sebelumnya, kalau beli wine saya suka asal pilih saja. Minumnya juga asal lewat mulut saja.

Beberapa hari lalu, saya bersama kawan-kawan Bali Blogger mengikuti Wine Appreciation Class yang diadakan Hatten Wine. Dari sana saya jadi tahu kalau bukan hanya asal anggurnya saja yang mampu mempengaruhi rasa wine. Kalau dinikmati, wine ternyata punya rasa yang beragam, seperti kopi.

Berikut adalah beberapa hal kecil tapi penting tentang cara menikmati wine.

1. Gelas yang tepat

Awalnya saya kira gelas wine, yang punya kaki panjang dan langsing macam hak sepatu stiletto itu, cuma bertujuan membuat si peminum wine terlihat lebih seksi. Efek yang sama seperti kalau perempuan pakai stiletto. Ternyata oh ternyata, kaki gelas itu memang didesain supaya kita memegang bagian tersebut.

pegang gelas

“Wine itu resisten pada temperatur. Kalau temperaturnya naik atau terlalu dingin, rasanya akan berubah. Tangan kita kan penghantar panas, jadi kalau kita pegangnya begini (tangan di bagian gelasnya bukan kaki gelas), maka panas tubuh kita akan dihantarkan tangan dan mempengaruhi temperatur wine”, urai Kertawidyawati yang memimpin kelas wine.

Di hadapan kami, tersaji lima gelas wine. Gelas yang paling kiri tinggi dan ramping berisikan sparkling wine. Dua gelas berikutnya sedikit lebih gendut dari gelas sebelumnya, diisi oleh white wine. Wine di dua gelas yang terakhir adalah red wine, yang gelasnya paling besar dan lebih bulat.
widarioka | 2018
widarioka | 2018
Ukuran dan bentuk gelas ternyata juga berpegaruh pada kenikmatan wine. Red wine menggunakan gelas yang lebih besar dan bulat karena memerlukan proses oksidasi dan udara lebih banyak. Berbeda dengan sparkling wine dan white wine yang lebih resisten pada temperatur, sehingga lebih nikmat jika disajikan dingin. Gelasnya lebih kecil dan ramping membantu menjaga temperatur sparkling wine dan white wine dingin lebih lama di suhu ruangan.

Pantas saja ketika masuk ke ruangan kelas wine, dari 5 gelas yang tersedia, hanya red wine yang sudah dituang ke gelas. Red wine memang disarankan untuk disimpan dalam suhu ruangan. Tapi sebagai catatan, suhu ruangannya versi eropa loh ya.. yang suhunya sekitar 18 sampai 20 derajat. Jadi kalau di Indonesia, suhu ruangannya tetap perlu pakai AC. Sparkling wine dan white wine disajikan dingin dan baru dituang beberapa saat sebelum kami mulai mencicip winenya.

2. Lihat, Dengar, Cium, Kumur.

Sebelum akhirnya meminum wine, kita perlu terlebih dahulu melihat kondisi wine-nya, mendengar, mencium aromanya, baru kemudian mengumurnya di mulut.

Lihat

Sparkling wine adalah wine yang diberi karbondioksida. Sparkling wine yang baik adalah yang masih ada bubble-nya, bergerak dari atas ke bawah.

Pada white wine, indikasi wine-nya masih baik terlihat dari warnanya yang clear dan shiny (mengkilat). Kalau ketika dituang warnanya butek, artinya winenya sudah rusak.

Kita juga bisa langsung memperkirakan body white wine dan red wine dari hanya melihatnya saja. Body wine dibedakan antara light, medium, dan full body. Body wine tidak terkait dengan kandungan alkohol di dalamnya tapi lebih ke cita rasa si wine itu sendiri. Kalau light body, rasa wine tersebut akan cepat hilang di mulut dan tidak terlalu banyak rasanya. Sedangkan wine yang full body cita rasanya lebih banyak, rasanya juga lebih lengket di lidah dan lama hilangnya di mulut.

Cara sederhana melihat body wine adalah dengan memiringkan gelasnya nyaris 90 derajat. Untuk white wine, akan terlihat warna berbeda di bagian pinggirnya. Semakin perbedaan warnanya tidak kentara, maka semakin full body wine-nya. Sedangkan untuk red wine, bisa dimiringkan nyaris 90 derajat dan diarahkan ke jam tangan atau tulisan, jika jam tangannya tidak terlihat, berarti wine tersebut tergolong full body.

Dengar

Yaps, bukan cuma suara hati aja yang perlu didengarkan, wine juga. Ini juga salah satu cara memastikan sparkling wine yang hendak kita minum masih dalam keadaan layak. Kalau kita mendekatkan telinga ke gelas ramping sparkling wine, maka akan terdengar suara “blubub.. blubub..”, suara bubble pecah. Artinya sparkling wine-nya masih baik dikonsumsi.

Note: tips “mendengarkan wine” ini tidak untuk dipraktikan kalau lagi minum di tempat umum ya 😀

Cium

Seperti halnya kopi, aroma wine juga bisa bermacam-macam, dan tercipta dari daerah sekitar tempat anggur itu ditanam. Jadi, kalau hidung dan hati kita cukup sensitif, aroma wine bisa membawa kita jalan-jalan ke daerah Eropa atau Australia (tempat anggur dari wine Two Islands ditanam), atau paling enggak jalan-jalan ke Buleleng (tempat anggur dari wine Hatten ditanam).

Supaya aroma wine-nya lebih keluar, sekaligus biar lebih gaya, kita bisa goyang gelasnya.

Dari hasil mencium aroma, saya mendapatkan sensasi yang berbeda dari white wine Chardonnay (Two Islands) dan Alexandria (Hatten). Alexandria punya wangi yang lebih manis, yang menurut mbak Kertawidyawati merupakan aroma dari buah-buahan segar dan matang ala negara tropis seperti nanas, dan lain-lain.

Kumur

Kalau Kopi disesap, wine dikumur.

Iya, dikumur. Untuk bisa menikmati cita rasa wine, pas diminum winenya jangan langsung ditelan. Kulum dulu di mulut. Bisa juga sambil “diberi udara” dengan cara dikumur supaya rasanya lebih keluar. Banyaknya alkohol dalam wine bisa dirasakan ketika wine ditelan, semakin panas terasa di kerongkongan, semakin tinggi alkoholnya.

3. Makanan yang pas

Minum wine itu mirip-mirip pacaran. Lebih nikmat kalau “pasangannya” pas.
widarioka | 2018
widarioka | 2018
Setelah mencicip beberapa wine dalam waktu berdekatan, saya jadi tahu perbedaan sensasi wine di lidah selain masalah rasa. Misalnya setelah minum sparkling wine, lidah rasanya kering dan mulut terasa berliur. Atau Alexandria yang manis bikin saya pingin makan yang asin-asin setelahnya.

Di negara asalnya, Eropa, wine memang dikonsumsi sebagai teman makan. Jadi minum wine akan lebih nikmat kalau ditemani makanan yang sesuai. Kalau Alexandria enak dimakan sama makanan yang asin-asin atau pedas, sparkling wine ini enak banget kalau diminum setelah akan makanan yang creamy dan yang mengandung keju. Eneg gegara makan keju hilang seketika di mulut.

Ada yang bilang kalau red wine cocoknya buat menemani makanan dari red meat seperti daging sapi atau babi. Sedangkan white wine lebih cocok diminum setelah makan white meat seperti ayam dan ikan. Tapi pada akhirnya cocok atau tidaknya juga tergantung saus yang melengkapi si daging. Kalau Alexandria diminum setelah makan ayam yang dibumbu manis, rasanya lidah saya bakal tetap meminta yang asin-asin supaya terpuaskan 😀


dikutip dari Kereta Wida