Pertimbangkan Lagi Hubungan Anda Berdua!
Nobody's Perfect. Ungkapan itu bukan hanya digunakan sebagai pepatah dalam iklan atau judul serial komedi situasi saja namun benar-benar berlaku bagi setiap manusia dalam hal apapun. Misalnya saja … dalam hal mencari pasangan.
Arti maupun realitas ungkapan Nobody's Perfect ini sangat tepat untuk mengingatkan setiap manusia agar selalu bersikap wajar, apa adanya, dan menerima orang lain seadanya. Pepatah itu sangat berarti untuk menggambarkan bahwa tak ada manusia di muka bumi ini yang diciptakan sempurna. Begitu juga untuk urusan cinta.
Misalkan saja dalam memilih pasangan. Janganlah terlalu tinggi menetapkan kriteria calon pasangan maupun pendamping hidup Anda kelak. Hal utama yang harus dilihat baik-baik justru diri sendiri. Sudah seperti apa diri Anda sekarang? Makin baikkah? Atau malah makin tak karuan?
Jangan menuntut orang lain sempurna jika tak dapat menyempurnakan diri sendiri. Misalnya saja ada seorang pria yang menyukai seorang gadis, tapi karena faktor fisik - yaitu ia tak bertubuh atletis seperti yang diidam-idamkan, lalu pendekatannya ditolak mentah-mentah dengan seribu alasan bullshit.
Biasanya cewek memang terkenal sangat selektif dalam memilih pasangan. Tapi tak tertutup kemungkinan sekarang ini banyak cowok yang berusaha mendapatkan pasangan yang tingkat intelejensia maupun materinya tak terpaut terlalu jauh. Jangan begitu! Memang wajar jika semua pihak menginginkan yang terbaik untuk mereka, apalagi untuk masa depan. Wajar saja jika selektif memilih pasangan, malah wajib dilakukan agar tak salah pilih dan menyesal di kemudian hari. Dalam memilih pasangan tak boleh asal-asalan - misalnya: asal si dia kaya, asal si dia pandai, asal badannya atletis atau seksi, asal keluarganya 'berada', dan lain-lain - jangan menetapkan kriteria seperti itu dalam memilih pasangan! Karena hubungan cinta yang 'asal-asalan' seperti itu takkan bertahan lama.
Ada banyak faktor lain yang perlu dipikirkan matang-matang sebelum memutuskan untuk menjadikan si dia sebagai pasangan - apalagi jadi pasangan hidup.
Pertama yang harus ditanyakan adalah hati kecil sendiri.
Kedua, jangan sekali-kali tidak jujur pada diri sendiri.
Ketiga, langsung saja tanyakan hal-hal seperti berikut ini: Setiap orang pasti menginginkan pasangannya mempunyai penampilan fisik bagus. Paras yang cantik atau ganteng, bentuk badan atletis dan seksi. Tapi tanyakan dalam hati, apakah dia benar-benar kriteria pasanganmua? Jika hatimu menginginkan orang yang biasa saja dalam berpenampilan, kenapa harus memaksakan diri dengan hal-hal seperti itu?
Keempat, jangan lupa melihat bagaimana si dia memberikan perhatian dan bagaimana caranya mengekspresikan perasaannya. Karena kalau dia 100 kali dalam sehari bilang 'sayang' padamu tapi tidak pernah membuktikannya, apalah artinya rayuannya itu kalau bukan sekadar gombal belaka?
Yang lainnya adalah memperhatikan bagaimana cara dia berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Apakah dia tipe penyendiri, atau orang yang gemar berinteraksi dengan banyak orang? Lantas Anda sendiri suka dengan tipe yang bagaimana?
Jangan lupa memperhatikan intelektualitasnya. Latar belakang pendidikan, kemauan belajar, kemampuan menganalisa, dan tingkat kreativitasnya. Yang diinginkan yang standar dan biasa-biasa saja, atau si pintar jenius?
Agama. Memang ini merupakan hal yang sangat prinsipil untuk sebagian besar orang. Bila percayai bahwa perbedaan agama akan menimbulkan banyak persoalan di kelak kemudian hari, jangan biarkan kesempatan untuk menerima yang tak seagama. Bahkan, jika seagama pun, pilihlah yang mempunyai tingkat spiritual yang sebanding. Jangan sampai dia rajin beribadah, sementara Anda hanya sekadar mendengar atau melihat belaka. Akan tetapi jika Anda termasuk orang yang tak menjadikan agama sebagai penghalang hubungan dan memandang semua agama itu sama baik dan terpuji seperti agama Anda, maka berusahalah untuk tetap berpegang teguh pada keyakinan itu, dan tanamkan pula pada diri pasangan Anda nantinya. Tokh, pada hakekatnya Tuhan itu satu, hanya manusianya saja yang terkesan terlalu membeda-bedakannya.
Hal lain selain agama adalah komunikasi. Hal ini sangat rentan dalam suatu hubungan. Perhatikan selalu bagaimana bentuk komunikasi yang telah terjalin selama berkenalan dengan dia. Apakah nyambung atau mesti sering mengulang pembicaraan agar dia mengerti arah pembicaraan? Apa tanggapan dan jawaban setiap pembicaraan Anda padanya? Apakah dia menjawabnya dengan baik (tak melenceng dari topik) atau malah melantur dan tulalit?
Harus juga diperhatikan kondisi pekerjaan dan sisi finansialnya. Jangan menyebutkan diri seorang materialistis untuk hal ini. setiap manusia perlu materi, kan? BOHONG jika ada yang bilang TIDAK! Kecuali menganut prinsip "Yang penting saya sayang dan cinta…", atau memang sudah 'berlebihan' secara materi. Cobalah untuk melihat sisi pekerjaan si dia. Apakah capable dalam profesinya sekarang, apakah bertanggungjawab dengan tugas-tugasnya, atau sebaliknya hanya duduk memberi perintah sana-sini pada bawahan untuk melakukan pekerjaannya - alias malas.
Dengan melihat itu semua, dapat ditemukan sisi maupun tingkat kedewasaannya. Lihat bagaimana dia menghadapi semua kegiatannya, lihat juga bagaimana caranya menyelesaikan masalah, bagaimana caranya berinteraksi dengan rekan-rekannya. Jangan sampai dia mempunyai kedewasaan yang tak seimbang denganmu karena salah satu pihak akan merugi nanti! Kecuali jika salah satu dari kalian bertindak sebagai pengemong. Jika begitu adanya, sampai kapan sikap ngemong ini akan bertahan? Apalagi jika pihak cewek tak ingin disebut ibu asuh?
Lainnya adalah keterbukaan soal seks. Hal ini perlu disimak dengan baik, nyatanya tak sedikit pasangan yang akhirnya memutuskan berpisah karena problem seks. Padahal hal ini tak perlu terjadi jika kedua belah pihak saling terbuka. Akan tetapi semua berbalik pada diri masing-masing. Apakah Anda lebih suka pasangan yang berpengalaman soal seks, atau justru buta seks - atau, apakah Anda merupakan seorang yang menganggap seks tak perlu didiskusikan, dan hanya perlu dipraktekkan saja?
Terakhir adalah punya hobi dan minat sama. jika punya hobi dan minat sama, tak tertutup kemungkinan hal ini akan makin mendekatkan kalian berdua. Sebaliknya jika hobi dan minat kalian terpaut terlalu beda jelas akan menjauhkan masing-masing pihak. Misalkan saja, dia cepat bosan, atau bagaimana? Apakah dia suka hal-hal kejutan atau malah anti kejutan?
Bagaimanapun complicated-nya kriteria-kriteria di atas, tentu saja tak perlu terlalu dijadikan patokan mati. Semua tergantung pada Anda karena setiap orang punya kriteria dan keinginan yang berbeda dalam memilih pasangan. Kami hanya ingin Anda lebih dewasa dan bijak dalam melakukannya. Tokh, Anda tidak ingin gagal dalam membina hubungan mesra, bukan? so, grow-up…..!!!