Pantai Geger. Mendengar namanya sedikit tidak umum bagi beberapa kalangan, dibandingkan pantai-pantai lainnya di daerah yang dikenal dengan sebutan pulau Dewata atau pulau yang di seberangnya. Untuk menuju ke sana juga minim petunjuk, karena daerah Nusa Dua terkenal dengan kawasan hotel, dan resort berbintang hingga private villa.
Beruntung saya, dapat menemukan dan menikmati keindahan pantai nan asri alami, akibat salah arah (alias nyasar) yang berniat mengarah Uluwatu, tapi sebanding dengan temuan hasil menyetir sendiri tanpa tour guide ataupun kerabat yang tinggal di sana (karena berpetualang di hari kerja dan kerabat ternyata sudah kehabisan jatah cuti).
Bila dicari pada mesin pencari online, pantai Geger termasuk dalam salah satu kategori secret beach atau hidden beach, dan tidak menyangka juga, dapat menjelajah pantai yang masih bisa dinikmati oleh umum, mengingat sekitarnya sudah private area. Terdapat juga Pura untuk beribadah masyarakat di sekitarnya, yang rata-rata masih bermata pencaharian menangkap ikan dengan menjaring ke tengah laut, namun tidak jauh dari pantai, beberapa sisa panen rumput laut juga masih terlihat.
Beruntung saya, dapat menemukan dan menikmati keindahan pantai nan asri alami, akibat salah arah (alias nyasar) yang berniat mengarah Uluwatu, tapi sebanding dengan temuan hasil menyetir sendiri tanpa tour guide ataupun kerabat yang tinggal di sana (karena berpetualang di hari kerja dan kerabat ternyata sudah kehabisan jatah cuti).
Bila dicari pada mesin pencari online, pantai Geger termasuk dalam salah satu kategori secret beach atau hidden beach, dan tidak menyangka juga, dapat menjelajah pantai yang masih bisa dinikmati oleh umum, mengingat sekitarnya sudah private area. Terdapat juga Pura untuk beribadah masyarakat di sekitarnya, yang rata-rata masih bermata pencaharian menangkap ikan dengan menjaring ke tengah laut, namun tidak jauh dari pantai, beberapa sisa panen rumput laut juga masih terlihat.
Saya : “Iya...”
Nelayan : “Kok ga takut?”
Saya : “...”. “Jaring di sini dapat ikannya, pak?” (mengalihkan pertanyaan)
Nelayan : “Tergantung musim kadang bisa banyak, kadang hanya untuk sehari-hari konsumsi sendiri. Mau ikut? Tidak dalam, sekitar sepaha atau sepinggang,”
Sebenarnya, dari percakapan di atas, ajakan sang nelayan ingin saya jawab “Boleh? Mau”, tapi sangat disayangkan ada kondisi saya yang tidak disarankan untuk menyebrangi laut menuju karang menjulang datar dengan ketinggian air hanya sebatas betis orang dewasa di tengah laut, yang tak jauh dari pinggir pantai, dan ombak juga tidak terlalu tinggi. Sehingga sang nelayan bisa menjaring ikan dengan tenang dan nyaman.
Menariknya lagi dari percakapan tersebut, sang nelayan menanyakan kenapa saya tidak takut datang sendirian. Memang sepi sekali, bahkan kerabat saya selalu mengatakan “Pantai itu memang menyenangkan, asyik buat leyeh-leyeh”. Tapi, karena sepi itu justru membuat saya bersyukur dapat menikmati keindahan pantai seraya milik sendiri, mengingat tidak jauh dari saya menjelajah tepi pantai, lagi-lagi sudah private area.
Petualangan yang tidak akan mudah untuk dilupakan, membuat langkah kaki ini ingin sekali menapak pasir lembut, mendengarkan irama deburan ombak sebening air laut, untuk waktu yang lebih lama lagi, dan berharap pantai yang saya kunjungi tetap menjadi sarana umum, sehingga siapapun juga dapat merasakan dan menikmati keindahannya. Tentu, dengan menjaga kebersihan dan menghargai serta bersyukur atas anugerah pemberian alam.
Nelayan : “Tergantung musim kadang bisa banyak, kadang hanya untuk sehari-hari konsumsi sendiri. Mau ikut? Tidak dalam, sekitar sepaha atau sepinggang,”
Sebenarnya, dari percakapan di atas, ajakan sang nelayan ingin saya jawab “Boleh? Mau”, tapi sangat disayangkan ada kondisi saya yang tidak disarankan untuk menyebrangi laut menuju karang menjulang datar dengan ketinggian air hanya sebatas betis orang dewasa di tengah laut, yang tak jauh dari pinggir pantai, dan ombak juga tidak terlalu tinggi. Sehingga sang nelayan bisa menjaring ikan dengan tenang dan nyaman.
Menariknya lagi dari percakapan tersebut, sang nelayan menanyakan kenapa saya tidak takut datang sendirian. Memang sepi sekali, bahkan kerabat saya selalu mengatakan “Pantai itu memang menyenangkan, asyik buat leyeh-leyeh”. Tapi, karena sepi itu justru membuat saya bersyukur dapat menikmati keindahan pantai seraya milik sendiri, mengingat tidak jauh dari saya menjelajah tepi pantai, lagi-lagi sudah private area.
Geger, mungkin tidak mengegerkan suasana atau tidak segeger namanya, tapi telah ‘geger’kan (luluhkan) hati saya dan berharap dapat kembali lagi mengunjungi pantai Geger. Meski hasil karena nyasar cari jalan, bahkan setelah saya ceritakan kejadiannya, kerabat bilang “Jauh amat nyasarnya”, tapi nyasar yang kali ini tidak bisa tergantikan dengan apapun.
Suatu hari akan bersua lagi.