Untuk Anak Pemilik Masa Depan, Pendidikan Tidak Bisa Ditunda

Jakarta - November 1994, Sanggar Anak Akar diselenggarakan dengan tujuan menyediakan rumah yang nyaman dan aman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya (fully human fully alive). Meskipun, selama sepuluh tahun pertama Sanggar Anak Akar harus beberapa kali pindah dari satu rumah kontrakan ke kontrakan yang lain, namun proses komuniter, belajar dalam kebersamaan tetap intensif. Kesungguhan anak-anak dalam memanfaatkan ruang dan kesempatan belajar di Sanggar Anak Akar menggerakan hati banyak pihak.

Pada 2003 sejumlah sahabat akar, secara individu yang concernpada pendidikan model Sanggar Anak Akar, berinisiatif menggalang dana untuk mengadakan lahan dan bangunan. Dari usaha mulia tersebut, pada 2004 Sanggar Anak Akar atas nama Yayasan Anak Akar Indonesia memiliki tanah seluas 900 m2dengan bangunan permanen baik untuk tinggal maupun untuk kelas.

Namun sejak 2011, telah mendapat kabar ada kemungkinan bangunan Sanggar Anak Akar akan digusur. Dalam empat tahun terakhir, Sanggar Anak Akar telah menempuh beberapa upaya penggalangan dana untuk mempersiapkan penggusuran. “Kami menerima kabar bahwa jalan tol akan diselesaikan pada tahun 2017, untuk itu kami harus mengimbangi rencana penggusuran tersebut dengan aksi yang cepat pula,” ujar Ketua Yayasan Anak Akar Indonesia Susilo Adinegoro.

Oleh karena itu, lanjut Susilo, pencapaian Sanggar Anak Akar saat ini dihadapkan pada tantangan baru yaitu rencana pemerintah membangun jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang akan menggusur lahan dan bangunan Sanggar Anak Akar di Cipinang Melayu. Rencana pemerintah itu sudah bergulir dari akhir tahun 90-an. Rencana saat itu hanya akan mengambil sebagian kecil dari lahan Sanggar Anak Akar. Dalam pertemuan terakhir di kelurahan Cipinang Melayu bulan April lalu, Camat Makasar menegaskan proyek pembangunan jalan Becakayu segera direalisasi pada tahun ini. Sejauh ini, informasi yang disampaikan menjelaskan bahwa proyek pembangunan jalan Becakayu akan mengambil sebagian besar lahan dan bangunan Sanggar Anak Akar.

“Berhadapan dengan itu, kami bermaksud menjaga supaya realisasi pembangunan proyek jalan Becakayu, sejauh mungkin tidak menghambat, apalagi menghentikan, proses pendidikan anak-anak di Sanggar Anak Akar. Untuk itu dari sekarang kami bermaksud melakukan langkah strategis,” terang Susilo.


Langkah yang dimaksud Susilo, yaitu dengan menggerakkan dukungan melalui konser kolaborasi resistante: Konser Musik Untuk Pendidikan “Syukur Atas Cinta dan Kehidupan”, yang akan diselengarakan pada hari Sabtu, 27 Juni 2015 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat. Melibatkan beberapa seniman, serta artis yang memiliki concern terhadap keberlangsungan pendidikan untuk anak di Sanggar Anak Akar, yaitu Akar Grandsamble (Alumni Sanggar Anak Akar) memainkan lagu karya Sanggar Anak Akar berkolaborasi dengan Ratu Queenous dan Marya Genova, Navicula, Bonita & the husBand serta Tony Q. Konser ini juga merupakan bagian dari rangkaian peringatan 45 Tahun Institut Kesenian Jakarta (IKJ), bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian IKJ.

“Harapan kami sebelum lahan dan bangunan lama benar-benar tergusur, kami sudah mendapatkan lahan dan memiliki bangunan sebagai fasilitas untuk keberlangsungan proses pendidikan anak-anak,” ujar Susilo.

Rektor Sanggar Anak Akar Ibe Karyanto menyampaikan, rasa syukurnya atas semakin mendapat perhatian dari masyarakat dan seniman, bahwa ternyata masih banyak yang peduli pada upaya pendidikan sebagai gerak kebudayaan. “Kepedulian banyak orang ini menambah semangat kami untuk bisa berkontribusi lebih besar terhadap perubahan masyarakat melalui pendidikan yang menghormati hak-hak anak,” ucapnya.

***

Tentang Sanggar Anak Akar
Sanggar Anak Akar merupakan alternatif model pendidikan untuk anak-anak, utamanya anak pinggiran, yang diselenggarakan secara nirlaba oleh anggota masyarakat yang peduli pada pengembangan kualitas pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak pinggiran adalah anak-anak yang menjadi bagian dari keluarga urban miskin di Jakarta, anak yang hidupnya berada di bawah bayang-bayang ancaman kekerasan orang dewasa, termasuk anak yang terpaksa tinggal di jalanan atau tempat umum.

Tahun ke tahun, produk gagasan dan kreativitas Sanggar Anak Akar semakin mendapatkan tempat di bidang pendidikan komunitas maupun di bidang seni-budaya. Tidak sedikit jumlah alumni Sekolah Otonom Sanggar Anak Akar yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang mampu bersaing dengan alumni dari institusi pendidikan lain. Keberadaan Sanggar Anak Akar cukup diakui, tidak saja sebagai sebuah model pendidikan anak, tetapi juga sebagai sebuah pendekatan estetik yang menguatkan gerakan budaya menuju perubahan kehidupan masyarakat yang lebih baik.


Contact person
Muhammad Anwar 081 8050 22 996

Rekening untuk berdonasi
BRI Unit Makasar Kramat Jati
7082-01-004992-53-1

a/n Yayasan Anak Akar Indonesia

Facebook: Sanggar Anak Akar ID
Twitter    : @SanggarAnakAkar

#KonserGalangLahan #konseramal #sanggaranakakar

Pagelaran Musik untuk Pendidikan

SANG BODOL (Sanggar Bocah Dolanan) adalah komunitas belajar untuk anak-anak yang terpinggirkan di Pare, Kediri, Jawa Timur.

Tahun ini, SANG BODOL  genap berusia 7 tahun. Selama tujuh tahun tempat yang dipergunakan untuk belajar, berkegiatan dan singgah masih dalam kondisi menyewa. Biaya sewa rumah dan kegiatan mereka dapatkan dari usaha mandiri dengan membuka warung makan.


Anak-anak bermimpi mempunyai tempat atau rumah belajar sendiri. Untuk mewujudkan mimpi itu, mereka menggalang dana menggelar Pagelaran Amal Musik untuk Pendidikan bersama Tony Q Rastafara, pada tanggal 14 Februari 2015 dan menjual souvenir T-Shirt


Info pemesanan melalui Sang Akar 021-83709039/40 atau Hairunnisa 08568877612 (WA)

Terimakasih atas dukungannya.

#MusikuntukPendidikan

Semangat Berbagi di SDN Manikliyu, Bangli

Tidak banyak orang mengetahui nama Bangli, padahal Bangli merupakan salah satu kabupaten di pulau dengan sebutan pulau Dewata (Bali) yang berada di daerah pegunungan Kintamani. Kita banyak mengenal Kintamani sebagai daerah wisata dengan keindahan Gunung Batur serta Danau Batur. Namun, perlu diingat keindahan akan pemandangan tersebut juga diperlukan putra/putri daerah untuk memeliharanya, selain agar tetap menjadi kawasan parawisata, perlu mempertahankan budaya akan masyarakat setempat.

Ini kali kedua saya mengikuti Kelas Inspirasi Bali (KIB) ditempatkan di SDN Manikliyu, Bangli. Tidak jauh berbeda dengan pertama kali saya mengikuti KIB di SDN 1 Pengotan, Bangli (Baca: Berbagi Pengetahuan dengan Kesederhanaan). Saya memberikan gambaran kepada peserta didik mengenai profesi saya sebagai jurnalis (wartawan). Akan tetapi, agar peserta didik mengerti arti dari kata jurnalis, saya mengubahnya dengan kata “tukang” agar lebih familiar terdengar oleh peserta didik. Dikarenakan dalam bidang jurnalisme dibagi 2 kategori, yaitu jurnalis tulis dan jurnalis foto, maka setelah diubah menjadi tukang tulis dan tukang foto.

Hampir sama seperti sebelumnya, sedikit saya ceritakan apa yang diperlukan untuk menjadi tukang tulis ataupun tukang foto. Sangat mendasar, bahwa untuk menjadi seorang jurnalis hanya perlu 2 bekal utama, yaitu menulis dan membaca, guna mencari informasi yang ingin disebarluaskan kepada orang yang belum tahu agar menjadi tahu. Selain itu, menulis dan membaca juga dapat menjadi bekal untuk berbagai profesi lainnya. Namun yang berbeda, kali ini saya membawakan beberapa contoh foto sebagai tukang foto.

Agar peserta didik dapat merasakan seperti apa menjadi jurnalis, sayapun memberikan tugas kepada mereka untuk menuliskan ingin berprofesi apa kelak dewasa nanti, dan apa harapan dari peserta didik agar cita-cita tersebut dapat dicapai, kemudian dibacakan ke depan kelas agar teman-temannya bisa mengetahui (saling berbagi cerita).

Seakan terlalu mengawang-awang atau mungkin belum ada gambarannya, tapi jangan salah menilai para peserta didik di SDN Manikliyu ini, mungkin agak sedikit berbeda dengan peserta didik yang berada di kota, yang biasanya ingin berprofesi sebagai Dokter, Polisi ataupun TNI. Memang ada beberapa, tapi baru kali ini saya mendengar ingin berprofesi menjadi Atlet Sepak Bola, Juru Masak (Chef), bahkan sudah menentukan ingin menjadi seorang Pengusaha.

Tentu, perjalanan mereka masih panjang, namun cita-cita mereka bisa terwujud dengan usaha dan kerja keras, bukan hanya dari diri mereka sendiri, tetapi lingkungan disekitar mereka merupakan jadi faktor pendukung untuk mendorong semangat mereka untuk menggapai cita-cita yang ingin dicapai.